Category Archives: Nostalgic Moment

Dermaga

ade932b7a86728b0809342532758881b

Aku memperhatikan jemarimu yang bertaut di antara jemariku. Kita memang tak banyak bicara, karena memang kita tak perlu kata-kata kala bersama. Genggam tangan dan tatap mata sudah cukup mengumbar apa yang kita rasakan, bahkan lebih dalam daripada jutaan kata-kata yang bisa saling kita lontarkan. Setiap kali kamu menggenggam jemariku, ada perasaan aneh yang menjalari dinding jiwaku. Rasanya seperti kita sudah saling menggenggam untuk waktu yang sangat lama. Mungkin jiwa-jiwa kita sudah lama saling menemukan. Mungkin hati kita adalah sahabat lama. Entah lah… Aku tak mengerti. Tapi bukankah tak semua hal di dunia ini harus dimengerti? Sebagian hanya perlu dirasakan saja.

Continue reading Dermaga

Lewat Setengah Dekade

Ada hening lebih dari setengah dekade di antara keduanya. Senyap yang pekak, dipenuhi berbagai asumsi, rindu, jengah serta khawatir. Ada pertemuan-pertemuan tak terduga yang terjadi tanpa rencana. Momen-momen di mana keduanya merasa kikuk menghadapi satu sama lain meski rindu membuncah. Ada perjuangan untuk tetap bersikap normal dan santai meski jantung berdegup kencang seolah hendak melompat keluar. Lebih dari setengah dekade, mereka membiarkan semuanya tanpa penjelasan. Membiarkan pertanyaan menggantung tanpa jawab dan kepastian…

Continue reading Lewat Setengah Dekade

Like I’m Gonna Lose You…

Kita tidak pernah berdansa bersama. Entah kenapa, mungkin karena kita memang tak pernah saja. Kita lebih sering berbincang tentang banyak hal. Berdiskusi tentang hal-hal remeh hingga yang berat. Bentuk hiburan kita adalah berdiskusi atau nonton film. Tapi kamu tak pernah benar-benar tahu apa yang sebenarnya berlarian di dalam rongga kepalaku. Kamu tak pernah benar-benar tahu apa yang aku inginkan atau aku pikirkan. Kamu tak pernah benar-benar tahu apa yang aku takutkan setiap harinya….

Continue reading Like I’m Gonna Lose You…

Siang Yang Terik dan Malam Yang Teduh

Aku tak suka siang hari. Matahari terlalu terik dan sinarnya menyakitkan mataku. Pernahkah kamu mencoba untuk menatap matahari? Sinarnya akan membutakanmu dan membuatmu sakit kepala. Berbeda dengan bulan yang sinarnya redup dan teduh. Kamu bisa puas menatapnya sepanjang malam. Malam memberiku kesejukan sementara siang hanya membagi rasa gerahnya saja. Tak lebih.

Continue reading Siang Yang Terik dan Malam Yang Teduh