Category Archives: Non-fiction

Perjanjian

IMG_1918

“Aku tidak cari pacar. Bukan juga mencari istri. Aku hanya perlu objek untuk dijadikan tempat pelampiasan rasa sayang dan perhatian. Itu saja. Tidak lebih. Kamu mau?” begitu proposal yang diajukan. Menarik. Tidak mengikat. Sangat menggiurkan. Kelanjutannya bahkan lebih menggiurkan lagi, “Nanti, kalau kamu sudah bosan denganku, ingin kembali dengan mantan pacarmu atau sudah menemukan laki-laki lain yang kamu sukai, kamu tinggal bilang saja padaku. Oke? Aku tidak akan keberatan sama sekali. Kamu bebas mau berhubungan dengan siapapun.” Siapa yang tidak tergoda dengan tawaran seperti itu? Punya seseorang yang selalu menyayangi dan memperhatikan tapi tak ada ikatan. Terlalu sempurna. Seharusnya aroma jebakan itu sudah tercium ketika sesuatu terlihat terlalu sempurna. Tapi siapa yang sudi memikirkan jebakan ketika disodori proposal yang begitu nikmatnya? Maka perjanjian pun disepakati bersama.

Tapi perjanjian tinggal perjanjian. Kesepakatan menjadi sebuah omong kosong ketika salah satu pihak tak mampu untuk menjaga isi perjanjian yang telah disepakati bersama. Tiba-tiba klausul ‘kamu bebas mau berhubungan dengan siapapun’ menguap begitu saja. Tiba-tiba poin tentang ‘nanti, kalau kamu sudah bosan denganku, ingin kembali dengan mantan pacarmu atau sudah menemukan laki-laki lain yang kamu sukai, kamu tinggal bilang saja’ mendadak raib. Klausul ‘aku tidak terima’ seketika muncul, diikuti dengan ‘aku sebenarnya ingin menikah dengan kamu!’ yang datangnya entah dari mana. Poin-poin yang tidak pernah menjadi bahan diskusi dan tidak pernah disetujui dalam perjanjian awal tiba-tiba bermunculan seperti jatuh dari langit. Alasan-alasan yang tidak masuk akal mulai dijadikan sebagai bahan argumen.

Ah, memang salahku sendiri. Seharusnya dari awal tidak perlu tergoda dengan tawaran yang menjebak itu…. Seharusnya aku bisa melihat bahwa ada orang-orang yang memang ditakdirkan tidak akan pernah bisa memegang kata-katanya sendiri. Ah sudahlah…

Persimpangan

tumblr_m48mz2nQVV1r2jdbk

“When everything feels like the movie, you bleed just to know you’re alive…”

Ada dua suara di dalam kepalaku. Aku di persimpangan, dan mereka di depanku. Yang satu dengan marker warna dan selinting ganja. Yang lainnya dengan sebilah pisau dan segenggam pil. Aku…. di persimpangan, dipaksa untuk memilih. “Take your pick!” kata mereka bersamaan. Lalu aku teringat kata-katanya, “Choose wisely…”

  • Suara 1: Hey, perempuan! Cepat! The bus is waiting… take your ticket and get on to it!
  • Suara 2: Let the bus wait forever, take the marker and start drawing!
  • Suara 1: No, nggak ada gunanya. Kamu sudah melakukan itu bertahun-tahun tapi apa hasilnya?
  • Suara 2: Don’t listen to her! Kamu sudah melakukannya bertahun-tahun dan lihat! Kamu masih di sini!
  • Suara 1: Yeah right! Masih di sini… feeling worthless. Buat apa?
  • Suara 2: It will get better…. just take the marker and start drawing...
  • Suara 1: Jangan jadi pengecut! Get on to the bus!
  • Suara 2: Betul! Jangan jadi pengecut! Start drawing!

Aku bingung…. maka aku ambil segenggam pil itu, lalu dengan marker warna aku mulai menggambar. Selesai menggambar, aku nyalakan selinting ganja kemudian rebah di tempat tidur dengan pisau di tangan…. Lalu semuanya menjadi gelap. Sejuk. Aku suka….

Tujuh jam kemudian aku terbangun…. Gambar kupu-kupu di lengan kiriku… Pisau di tangan kananku… Puntung ganja di dalam asbakku… Perut yang berputar cepat… “Ah, kenapa aku terbangun lagi?” tanyaku heran. Tak ada jawaban. Suara-suara itu tak ada. Ah…. bahkan mereka pun sudah meninggalkanku…

Suatu Hari di Akhir Maret

Tulisan ini dibuat dua tahun yang lalu…. Ketika sedang melakukan pembelajaran tentang politik. Ketika beberapa orang masih “manis” dan menyenangkan… Sedikit sedih kalau melihat sosok itu berubah drastis… Jadi posting ini hanyalah sebuah nostalgi kecil sekaligus pengingat bahwa tidak ada yang abadi…. selain PERUBAHAN…

http://morbiddaydreamer.blogspot.com/2012/04/satu-hari-di-akhir-maret.html

Satu hari di akhir Maret 2012 tidak akan pernah terulang. Meski ada insiden serupa, tapi tidak akan pernah sama.

Kamu (masih) Dalam Kenanganku, Lan…

Sudah hampir 2 tahun sejak kamu berangkat ke surga. Tapi aku masih saja mengenangmu, Lan…

Kita yang tidak bergaul erat. Kita yang tidak pernah kongkow bersama. Kita yang tidak pernah bertemu secara reguler. Tapi kita yang senantiasa saling mencari…

Sudah hampir 2 tahun sejak tulisanku ini:
Kamu Dalam Kenanganku, Lan….
http://suksmaratri.blogspot.com/2013/03/kamu-dalam-kenanganku-lan.html

Tapi kamu masih saja hadir dalam mimpiku, Lan… kamu dan teman-teman yang lain. Yang sudah menjadi penghuni surga…

Aku kangen kamu, Lan….